Metamorfosa Imaji
Liliput ilusi
bercengkrama cumbui imaji
Luasan sketsa khayalan
terjelajah kelana impian
Budak angan-angan
menghiba muluskan asa
Lentera kian menyala
Suraman sketsa
kian memfakta
Salam : Syair adalah nyawa
SERPIHAN SESAL PENDOSA MALAM
Sepi selimut hati
Termenung terbelai
mencari bayang suci
tak jua nyatakan serpihan sepi
Hanya ada satu celah!
Sesal meraja
dibalik lorong fana
Darah kini menanah
Daging pun melebur tanah
Saat amanah tak jua tuai hikmah
kini pasrah dalam jiwa lemah
Salam : syair adalah nyawa
ROTASI DOSA
Pekat selimut nista
membungkus sosok pendosa
khalayak makhluk kelana
budak segala iba
Perahu duka
berlayar di lautan luka
temaram tergulung linangan tirta
mati terdampar di dermaga sang kuasa
Salam : syair adalah nyawa
KEPASTIAN DUKA
Lumpur kini membatu
di padang rindu
kemarau bernista haru
Rerumputan mengering akar
Dedaunan rapuh, lepas terbongkar
Aku...
Menantang segi koruptor waktu
memanggil ulang
jaksa duniaku.
Salam : syair adalah nyawa
PECUNDANG oh PECUNDANG
Pecundang dunia
memelas, mengiba tanpa jeda.
Di sangkar nestapa
ia berkoar
Akan ketidak adilan
sang pencipta
Batu kan ia puja
asalkan tahta rela menyapa
lumut kan ia pungut
asalkan itu syarat tumbalnya
Sungguh ironi umat manusia
Di atas derap dunia
ia panggilkan neraka
Salam : syair adalah nyawa
JEJAK SANG WAKTU
Biru laut
cerah di hati
bergemuruh asa
penghias sepi.
Udang pemalu
sembunyikan waktu
ikan sapusapu
mengibas udang
waktu berlalu
Layaknya hidup
alam menyapa waktu
lepaskan hasrat
gundah sang batu
semua menari
menghias sepi
tak peduli akan
derajat dan harga diri
Salam : syair adalah nyawa
SAJAK MOTIVASI
Jantung memompa
darah berkelana
arungi nadi insani
sirami jalanan nadi.
Nafas terhenti!
angin tersekat dimensi.
Darah berhenti
membeku cair padat di nadi.
Insani mati!
membujur kaku
terputus waktu.
Salam : syair adalah nyawa
AKHIR DARI TITIPAN AKHIR
Tanah nan tandus
menilapku hingga mampus
Ragaku terbungkus
pasiran halus di tepian kaktus
Cacingcacing mencerna daging tebalan kulitku
hingga tak tersisa yang tertinggal hanya rongga kerangkaku
Itu pun tak berangsur lama!
Gersangan padang pasir
merapuhkan, keras tulang belulangku
Salam : syair adalah nyawa
KEKOKOHAN YANG TERHAPUS
Ombak membajak
karang kian lunak.
Meretak karang
pecah tak layak.
Karang hancur!
bertabur tak lebur.
Kini!
Kekokohan karang hanya tinggal kenangan
sebuah kilasan dalam kehidupan.
Salam : syair adalah nyawa
KIAMAT CINTA
Laksana cinta tergores dusta.
Pertikaian...
Awal dari kehancuran.
Gunung meletus muntahkan larva pijarnya.
Langit pun ambruk, menghisap nafas kematian.
Tak ketinggalan pula, tsunami menenggelamkan dunia seribu nuansa.
Kiamat cinta melanda
akhirat jiwa menyuguhkan neraka lara.
Sesal tiada guna
kebodohan awal penyebab tragedi dan bencana.
Salam : syair adalah nyawa
SAJAK PENGGUGAH
Berserak sampah di bumi nan megah.
Menghitam langit, menjerit petir awan pun tumpah.
Banjir melanda...
Menyapu bersih sampah durhaka.
Membasmi serangga, penghisap nafas jiwa terlunta.
Kini tinggallah puingpuing sesal kelana
Salam : syair adalh nyawa
KOPI HITAM PENGGODA
Suguhan kopi hitam kehidupan
menyaji tanpa dimintai
menghidang tanpa di undang.
Tergoda!
Siapa yan tidak tergoda.
Aromanya...
Hangat liur hitamnya...
Pekat hitamnya kini menjelma nafsu penggoda
menarik pikiran sang insan
menghanyut dan mencumbuinya.
Salam : syair adalah nyawa
PISAU PENUMIS AKHLAK DAN NURANI
Akhlak...
Nurani...
Kini mereka di ambang misteri
Terperangkap mereka pada sebuah ikatan duniawi
Pisau sesat menyekat menghampiri...
Akhlak nurani pun lekas-lekas meloloskan diri
Terlambat...
Usaha mereka terlambat...
Sang pisau sesat menumis seraya keji
Salam : syair adalah nyawa
Lepas Keperawanan demi Kebaikan< Kertas Putih untuk Pena >
Selembar kertas putih
terpapar di meja kamar.
Berdampingan pena bertinta hitam
yang siap mencumbui
kertas putih
aura nikmat kesucian.
Liukan pena kian menari
tertatih jemari patriot suguhan nurani.
Suci ternoda
sang kertas putih pasrahkan
segala milik yang melekat di tubuhnya.
Tak ada perih
ataupun sakit
jerit merintih.
Senyum keikhlasan
relakan raga
untuk perantara
hasrat dan lantunan kidung jiwa
sang pengukir tinta.
Tubuh terjajah
sang kelana pena
pencitra buah karya.
Tawa lepas, bangga dan berwibawa
laksana pengorbanan
berujung tak siasia.
Penikmat karya merekah nurani
tergugah hati
kata '' PUAS '' merongrong dunia.
Salam : syair adalah nyawa
Pelacur Sajikan Kubur
Berjuta kaum hawa
bergerumbul iklankan paha
Tubuh molek
senyum merona
Sekali colek
halalkan haram jadinya
Di malam kian larut
bercerai kehangatan selimut
Rayu berkata
memikat raja buaya
'' Mas, gairahku tiada duanya... ''
Buaya rakus
bertopeng tikus
Salurkan hasrat
si raja bejat
Tampang ganas
menikmat buas
Di ujung cerita
penyakit berbisa
menarik nyawa
pelan menyiksa
Salam : syair adalah nyawa
Musang Jalanan
Musang jalanan meniti kehidupan tanpa lelah, bergemuruh angan. Tapaki tetanah berbau kebusukan, hingga nafas tersumbat aroma keputusasaan.
Mangsa kian memenggal tatap runcingnya, menghapus segala sistem inderanya. Musang lemah bernafas terengah, nyawa pun tersisa setengah. Mangsa yang dicarinya mengumpat dalam liang tetanah yang menggoa pekat.
Panas terik dan hujan menjatuhkan rintik. Menyapa kesenjangan tatap musang berpeluh kematian. Semangat musang berkoar lantang. Bahwa ia mampu! Mampu dapatkan sepenggal nafas yang melekat deras pada sosok mangsanya. Tak pedulikan kaki mematah, mata merabun dan nyawa melepas lemah. Sang musang hanya mencari, mencari dan tiada henti menapaki tetanah tuk mencari, kedamaian tiada akhir dalam kehidupan kian menggetir.
Terlepas dari gugatan asa. Sang musang menggila brutalkan raga tak berdosa. Lonjakan keterpurukan, menerka hingga mematikan sarafsaraf nalar sang musang dan memporakporandakan kejatidirian yang sempat melekat pekat pada sosok musang jalanan.
Salam : syair adalah nyawa
Capung Pendosa, Nista Dunia
Si capung kegelapan
kepakkan dosa
tabungan neraka
Tubuh belang
si budak jalang
telanjang merayu lintang
Oh,
Mata memanah
hasrat berdarah
Bidikan tepat
Lintang terpikat
Salam : syair adalah nyawa
BUDAK
ALAM
rendah,
serendah telapak kaki
pada
hamparan tetanah
yang selalu
pasrah
laksana gemuruh derap
bertubi patahkan sayap
kecil,
Sekecil amoeba
yang tak nampak jeli
terlihat kasap mata
tapi mampu
ciptakan neraka
teruntuk khalayak
pendosa telak
laksana engkau ibarat pepatah
berserak sampah di hotel mewah
yang membuat
resah
para iblis serakah
padahal sejatinya
engkau adalah dewa
kecap yang kau ucap
adalah karma
mungkin pula engkau hanyalah
budak
pengabdi alam
sampah kehidupan
lagilagi buatku,
engkau itu sosok
panutan
guru di alam
pencerah kelabu
mendung di zaman
Salam : syair adalah nyawa
SEHELAI SERABUT IMAN
Dosa;
Tumbangkan akhlak
kokoh dan tegak.
Terkapar moral
nurani terinstal.
Iman;
Serabut iman
akar sisaan.
Niscahya kelak
sesal kenangan.
Salam : syair adalah nyawa
Amnesia Kehidupan
Amnesia karang di lautan.
Terjangan ombak
sang bayu dikata.
Dinginan laut
terik mentari ia murka.
Ah,
Ikanikan berhamburan
burung menyelam pikirnya.
Tubuh kokoh melantang
retak kulit, pecah akhirnya.
Salam : syair adalah nyawa
Nafsu Pelumat Nafsu
Dunia,
Megah kawah sutera
indah paparan nuansa.
Nurani mulia
hakikat citra sang dewa.
Nafsu penikmat
agung olahan-Nya.
Terlumatkan nafsu
bidikan iblis pengganggu.
Nafsu suci
berdalih sang dewi.
Bercerai nurani
iblis menguasai.
Salam syair adalah nyawa.
Sapa Kegelapan
Taring meruncing
mencabik
menusuk daging
hingga ke tulang rusuk.
'' Bunuh! ''
Lantang teriak
iblis menggertak.
'' Matilah kau... ''
Desakan maut
merekrut
kaum pengikut
putih berkabut
sesat kian bergelut.
Salam syair adalah nyawa
Si Lemah
Durjana
jejak kelana si buta melaknat
meliuk sesat
tapak memahat
rintihan sang rumput
kian terabaikan
goresan maut
kian dilantangkan
entah apa...
apa yang ia ingini
mata tak ada
murka ia bawa
sesat papan hidupnya
salam : syair adalah nyawa
Terka Seniman, Runtuh Jabatan
Lekaslah runtuh
hey kau kabut kusam?
sahabat malam
gurindam kelam
kan ku goncangkan megah persinggahanmu
lewat kilatan kecap
guntur berkoar gagap
Usia bukanlah kendala gempar kritisku
laksana langit masih mengharapkan
sikap terjangku
meruntuhkan sampah di ranting cerahmu.
Salam : syair adalah nyawa
Noda Indahmu
Layaknya hitam dan putih
gejolak upaya berakhir letih
selalu begitu...
Tapi tidak untuk yang satu ini
putih dalam kehitaman
hakikat yang tak tertahankan
hasrat melumat
cerna, cetus di nikmat
salam : syair adalah nyawa
Sumpah
Untuk Negeri
Indonesia
negeri papan asa
Jayamu
selalu sulutkan cinta
Padamu
jiwa raga ini berbakti
Aku
adalah anakmu
Namamu
kan kuharumkan selalu
Semampuku
tatkala nafas masih menjadi
keluargaku
- tak akan aku melemah,
karena ini sumpahku untukmu -
ASA RAINKARNASI
Mengepul gumpalan kelam
membasuh dinding nan suci
menyesaksesak cahya mentari.
Terka sang guntur
gemuruh riak kian bergejolak
laksana kilat
memecah awan
tumpah di hujan.
Tidak!
Mentari berontak
kelam terkoyak
cahya menganga
meski tak sempurna.
Kebebasan nan tak abadi
biarpun sedini senja
menunggu kematian malam tiba.
Tapi tak apalah...
Laksana dunia
kian berotasi
rainkarnasi asa
berporos tragedi.
Jakarta, 07'08'11
Tragedi Karam Perahu Cinta
Melampau jauh dua sejoli arungi samudera mimpi.
Berperahu cinta rakitan suka rasa.
Berdayung kelembutan, menyibak ombak selayak katak.
Muara cinta kian menyapa.
Tersambut damai sang perahu dan tuannya.
Mahligai perahu cinta terhambat lantang kekar karang.
Merembas bocor, patah tersisa ekor.
Karam perahu matikan tuannya
berkabung duka di pemakaman samudera.
Salam : Syair adalah Nyawa
Bayang Abadi
Sang petualang imaji
Berperang lantang melawan tragedi
Keringat kian bercucuran
Darah pun tercecer berserakan
Nafas nan kian melemah
Menghambat laku, pencarian sosok terindah
Tak gentar!
Sang petualang merekah pijar
Menampar para penggempar
Menang!
Sang petualang bersorak tandang
Sosok terindah nan dicarinya balik menghidang
Salam : Syair adalah Nyawa
Bingkisan Kematian
Berdiri kokoh selayak sang khalayak tokoh
Meraung mandatkan para petarung
Membasmi,
Meniadakan separuh nafas hidup ini
Mengecam sosoksosok pendiam
Awan kelam ia hadirkan
Riakan malam ia turunkan
Sepaket bingkisan maut dalam genggaman
Merenggut seraya kabut, terka kematian
Salam : Syair adalah Nyawa
Pengemis Masa Depan
Telah lahir si belia dari rahim perempuan tunawisma.
Teriak gagah, mata tajam selayak runcingan besi logam.
Tubuh berlumur darah..
Pusar panjang melemah..
Senyum semringai layaknya petikan dawai.
Tak sadar akan hujaman penderitaan di masa depan.
Salam : Syair adalah Nyawa
Kegelapan
Nafasnafas cinta kian terenggut paksa
Tercekal kehampaan, sesak asma apa neraka
Kejang!
Menghentak bayang agar lekas tandang
Raihkan pelita surga, tuk melenyapkan terka nan menghidang
Kegelapanlah telak pemenang
Kelabui terang merabun petang
Salam : Syair adalah Nyawa
Tercumbu Lakon Waktu
Wajah sendu kaum ibu
Menatap langit, nan penuh debu
Harapannya kian memudar
Langit nan cerah kian berpendar
Ulasan air mata, terkikis masa
Terperdaya akan janji dan dusta
Siapa nan salah?
Tak ada nan mampu tuk menjawabnya
Tipu daya adalah pecumbu sejati fikiran nalarnya
Salam : Syair adalah Nyawa
Layang-Layang Dalam Bayang
Membumbung tinggi di rangkaian khatulistiwa ilusi
Bentangkan saya, mengejek cicakcicak nan merayap dalam harap
Rekah senyum kian terpancarkan
Damaikan bayangbayang nan terpampang
Salam : Syair adalah Nyawa
Layang-Layang Asmara
Benang kian terbentang
Mengail layang-layang nan terpegang
Merakit, melilit selayak terjahit
Satukan perbedaan, menjadi keistimewaan
Layang-layang kian melayang
Melambung tinggi bersama benang
Ikatan kasih nan tak tertepiskan
Arungi cakrawala dalam kebersamaan
Salam : Syair adalah Nyawa
Budak Jahanam
Kelam,
Iblis sambut kegelapan
Gulita menghanyut bisikan
Kesucian tak ubah selayak harapan
Liang sesat kian cumbui akal pemikiran
Topeng maksiat cabuli sisi pemikat
Pemersatu hasrat, penguasa alam sesat di liang lahat
Salam : Syair adalah Nyawa
Mentari Tanpa Pijar
Sulut bara kian meredam
Partikol pijar kian terpendam
Gelap!
Nuansa kelam berhiaskan malam
Dikala siang, gerhana sapakan salam
Salam : Syair adalah Nyawa
Semut Rayap, Keropos Negeri
Ukiran pena : A Baim JlnKeabadian
Jejeg kokoh belantara negeri
Rapuh keropos
tergerogoti semut rayap insani
Liang kian ia gali
Tubuh nan rentan perlahan mati suri
Entah sampai kapan!
Ataukah sampai kematian mutlak dalam keabadian?
Semut rayap bertahta, tak pedulikan masa depan bangsa
Hujaman kepalsuan, setubuhi para penjajah istana
Salam : Syair adalah Nyawa
Kidung Lara, Muara Rawa
Kecoa-kecoa hilir-mudik berkelana
mencari secerca asa
pada genangan air muara kuasa buaya
Katak-katak berjingkrak
seraya ejek sorak
terpingkal bahak
pada kecoa bernafas sesak
Kecoa kelana kian melemah daya
sebatangkara berkawan lara
terasingkan dalam hunian penguasa
Salam : Syair adalah Nyawa.
Kuntum Melayu, Berguguran Di
Taman
Wahai kuntum bunga nan
berguguran di musim semi
Lukamu merebah, laksana kau
melepas wewangi jati diri
Rapuhmu simbolkan taraf
keganjalan
Kau melepas berserakan,
selayak sampah di pelataran
Apa yang kau rasa?
Entahlah... Tamanmu hanya
terdiam dalam kebisuan yang
kau ciptakan
Daunmu hanya melayu,
berlumurkan kekecewaan
Salam : Syair adalah Nyawa
Sketsa Cinta,
Terhapus Rindu
Padamu cinta, aku memuja.
Kuhempas separuh nafas,
untuk kau hela.
Di mana?
Jejak langkahmu, terhapus
senja.
Nafasku berkelana, letih
terbata.
Rindu di dada, kian mendera.
Matikan asa, gejolak di jiwa.
Salam : Syair adalah Nyawa
Raungan Kesunyian
Aku berdiri dalam kisah sepi
Hanya raungan jiwa yang kian berkelana
Mencari nafas cinta sejati
Sesak,
Nafas ini semakin sesak
Manakala pencarianku, tersesat dalam semak-semak
Di mana kamu?!
Jerit nurani menghentak dinding hati
Menggempar sistem saraf yang tidak wajar
Salam : Syair adalah Nyawa
-SYAIR MOTIVASI-
Melantang Terjang Batu Karang
Kala sang pelaut terpapas maut
... Melintang karang terjal menghadang
Kapal kokoh tuk perang
Berparuh garang, melantang menang
Patah paruh, kapal tak keluh
Selayak ambisi, telah terjajaki
- Saat cobaan menghadang. Hadapilah semua dengan ketegaran. Yakinkan diri kalau kitalah sang pemenang, walaupun kekalahan nantinya yang kan kita sandang -
Salam : Syair adalah Nyawa
- SYAIR MOTIVASI-
Jejak Mentari Tepiskan Malam
Pijar terang kian berpulang
Di garasi senja, mentari tidur memanja
... Gulita malam kian menyapa
Larutkan fakta ke alam maya
Selayak keabadian hanya impian semata
Rainkarnasi masa, pacukan rotasi dunia
Mentari kan terjang ulasan maya
Lepaskan jerat, kembali membuka fatamorgana
- Hidup adalah tingkatan. Walaupun impian tak mungkin tertuju pada keabadian( karena dunia tak ada yang abadi. ) Tapi lantang arungi cita adalah kunci sempurna hidup di dunia.-
Salam : Syair adalah Nyawa
-MOTIVASI SYAIR-
Ombak membajak
karang pemancang tegak
Lemah memecah tak retak
terangkut masa
luluh membudak.
-Meskipun iman terlalu lemah di hati kita, jangan biarkan kita menyerah seperti '' Ombak '' pada sajak. Jalan hidup kita yang tentukan, sedangkan kita dikaruniai otak untuk bisa bijak, tak seperti ombak yang memang sudah mendapat kutukan '' Berlari tanpa jejak ''-
- MOTIVASI SYAIR-
rintik hujan gerimis
dikala senja tatap lansia
gumintang malam kian bertandang
abadikan memori fajar dan siang.
- Dalam metamorfosa kehidupan, terkadang ujung kematian sapa kan penyesalan. Guyuran tangis akan tragedi mistis berlapis. Pasalnya, tahap dalam sebuah proses merangkum sebuah kenangan yang sudah terabadikan.-
Salam : syair adalah nyawa
-Motivasi Syair-
Langit tak akan runtuh saat
sang awan mengepul keruh.
Pancangan kokoh seribu tokoh
mendukung menyemarak,
bersorak bahak.
-Jangan takut berjalan di jalan
kebenaran,karena jiwa-jiwa
yang suci akan menyemangati
kita lewat doa dan doa,
berharap segala rintang
mampu kita tendang
nantinya-
salam syair adalah nyawa
- Motivasi Syair-
Ibarat raga dan roh penghuni
setia, samahalnyadengan syair
dan nurani yang tak akan
terpisahkanoleh gejolak
apapun selain kematian kelak.
Saat kita bersyair, jangan takut
pabila keindahan kata tak
mampu tereja sempurna,
melainkan takutilah saat diksi
tak lagi menjadi patokan
utama syair kita.
Syair yang baik adalah syair
yang mempunyai keselarasan
antara makna filosofi, bahasa
metafora dan kekuatan diksi
syair itu sendiri.
Salam : syair adalah nyawa
- Motivasi Syair-
Manis madu, murni alami tanpa gula
Selayak laut kan tetap indah meski tanpa taburan kapal.
Dan... Itulah kehidupan '' Kesucian kan mengentaskan kita pada kemuliaan. ''
Ibarat kebaikan dalam sikap perwatakan,
'' Orang baik kan tetap kokoh meski tanpa pendukung, karena sejatinya kelak? Kebaikan itu sendiri lah yang nantinya akan membela kita dalam desak masa. '' -Motivasi Syair-
Membuncah kelakar lahar
membumbung tinggi kiprah sang kelelawar.
Murka...
Taring mautnya berkelana di medan masa
menghisap aura kehidupan
hingga melumatnya tanpa pengampunan.
-Tak akan kita lepas dari dakwa dan hukuman, laksana keadian pasti kan menakhlukan segala apa yang sudah menjadi tuntutan.-
Salam : syair adalah nyawa.
SUBGESTI
Bumi membola api
Laksana mentapi kian menghampiri
Bara pun menganga
di tubuh jenaka
tak ia rasa
walau secerca
Lantang teriak, BISA!
Matikan fakta
penghangus remuk
api di tubuhnya
MERDEKA!
Kemenangan didapatnya
laksana bumi
kokoh berdiri
walau selimut api
mendekap, menyetubuhi
Salam : Syair adalah Nyawa
Tersayat Misteri
Angin malam kian menyambut
Bulan-bintang pun bersapa sahut
Aku?
Insan lemah terkubur batu
Menatap langit pun berdaya lesu
Jejak kegelapan kian menghantuiku
Lantunan senandung ajal pun berdendang seru
Nafas nan semakin terengah
Kutukan waktu kian berjelagah
Entah!
Aku kian melemah
Bayang ajal pun bertengadah
Antara dua dunia
Dakwa sang waktu kian memfakta
Inikah akhir dari kelana?
Anak manusia nan berlumur terka
Nyayian duka penutup gulita
A-B-A-I-M-J-L-N-K-E-A-B-A-D-I-A-N
Salam : Syair adalah Nyawa
Sesak Terinjak Badak
Letih kaki nan sepohyongan
Beralur membujur
keringa bercucur
Raga tersisa pasrah
Tatkala badak
menginjak sisi lemah
Sesak..
Si badak tak jua beranjak
Menginjak..
Raga nan pasrah
tak ubah selayak budak
Dalam sisi tertindas
melemah bias
Nurani jiwa
panjatkan do'a
Salam : Syair adalah Nyawa
Damai Bersama-Mu
Jejak di bumi pasti kan terhenti
selayah cahya mentari yang tak akan abadi
Seulas kisah
peniti amanah
catatan noktah
rekaan tanah
Saat hayati bumi terpatri
Hanya damai-Mu bersambut pasti
Salam : Syair adalah Nyawa
-SAJAK HITAM-
Tragedi Lintas Malam
Nampak pekat usai temaram
Lelaki tua cabuli gulita malam
Ringik tangis dalam kesunyian
Si bocah lugu merintih kesakitan
Jerit
Tangis
Pudarkan lintas malam
Lelaki tua, puas lepaskan hasrat
Tragedi malam di ujung maksiat
Salam : Syair adalah Nyawa
Pengantin Iblis Ciptakan Roh Mistis
Terkubur dalam kemewahan
Matikan rasa, nurani dan yang ada hanya iblis penguasa raga pengantin nyawa
Jati diri kian terhapuskan
Dan yang tersisa hanyalah partikel-partikel nafsu untuk jadi penguasa waktu
'' Dunia adalah surgaku! ''
Ungkapnya melantang, seakan damai akan kekal menyertainya.
Keabadian kelak akan mematikan setiap kelenjar yang ada di tubuhnya tanpa sisa
Iblis yang ia damba dan ia puja
akan mencerakannya dalam siksa api neraka
Salam : Syair adalah Nyawa
Setangkai Cinta Di Ranting Pujangga
Kuncup bunga cinta
kian jembarkan mahkota
di tamah hati
berputik ilhami
Semerbak harum
bebunga cinta
di ranting pujangga
tawarkan sejuta pesona
Dari kejauhan..
kupu-kupu terpesona
tatap terpanah
untuk menciumi tangkai sarinya
Aku tak kuasa..
tatkala cinta
terjamah
mesra
Kupu-kupu
ciumi inti rasa
membuat tangkai hati
lemah tak berdaya
Salam : Syair adalah Nyawa
Pelangi Dalam
Mimpi
Terlukis indah di sanubari
Paparan megah sang pemikat
hati
Wahai kelam dan rintik hujan
penyaji mimpi
Redalah kau dan jemputlah
pelangi hati ini
Berilah daku warna cerah tuk
arungi mimpi
Sebelum akhirnya terbangun
dari mati suri
Salam : Syair adalah Nyawa
Pelangi Jiwa
Terlukis indah
nuansa pelangi
di palung jiwa
Berdamping sang peri
menar-nari
sempurnakan kanvas
jembaran hati
Megah..
Indah..
Tak akan terhapuskan fana
Lukisan cinta
penutup masa
Salam : Syair adalah nyawa
-SYAIR MOTIVASI-
Nafas Kehidupan
Mengalun hiasi hampa kehidupan
Telusuri rongga waktu
Seberangi dimensi laku
Tak ada batasan
Semua sesuai kehendak dan keinginan
Mutlak tanpa paksaan
-dalam kehidupan, kitalah tokoh/pemeran sejatinya dalam rancangan drama yang digarisbawahi TUHAN. Kita yang menentukan arah kemana laku drama akan kita bawa. Karena kita adalah sutradaranya dan TUHAN hanyalan perancang naskah critanya saja-
Salam : Syair adalah Nyawa
Puing Sesal
Melambung jauh, harap ke
langit tujuh
Mendamba
Mengidola
Imajinasi yang berpeluh misteri
Hasrat yang semakin menjadi
Mengelabui fikiran, simpang
sejati
Nafsu dijunjung tinggi
Waktu diperbaharui, seakan itu
adalah abadi
Semakin meninggi,semakin
tergoyahkan buruk di mimpi
Puing sesal kian menggeluti
Dikala terjatuh dan hampir
mati
Salam : Syair adalah Nyawa
Sisir Tragedi
Runtuh terkoyak, badai membajak
Himpunan tragedi, bersalam diri
Tiang pun goyah..
Pancang membongkah..
Tersisir badai, kaum lemah terbengkalai
Lepas dan pasrah, berpeluh resah
Pada himpitan waktu
Tragedi belenggu kian berlalu
Salam : Syair adalah Nyawa
Tersapa Malam
Gelap,
Gulita kelam tersambut malam
Bumi yang rentan, istirahatkan
kurcaci-kurcaci kehidupan
Entah sampai kapan..
Kegelapan menghidang kelam
Sementara nafas kehidupan,
semakin menyesakkan
Salam : Syair adalah Nyawa
Redup Pesona Pelangi Jiwa
Nuansa pelangi di ufuk senja
Memudar samar selayak damar
Satu persatu kilau warna berlalu
Melenyap dalam dimensi waktu
Tatap megah kian berlalu
Berganti pesona damai malamku
Salam : Syair adalah Nyawa
Menunggu Sepercik Tiupan
Kasih-Nya
Kering kerontang jiwa yang
kian gersang
Pelataran nurani kian terjajah
ambisi
Memerdekakan diri bersama
sang mentari di siang hari
Durja kian merajalela,
hanguskan taman cinta yang
ada
Entah sampai kapan kemarau
panjang melanda, ciptakan
angkara di padang jiwa
Sampai kehancuran di titik
nista paling tragiskah?
Ataukah sampai tiupan kasih-
Nya menyapa, bersama hujan
dan guntur pengecam dosa?
Salam : Syair adalah Nyawa
Pelangi Pengganti Mentari
Selayak rapuh sang mentari
Meredup semu, terhalau kelabu
Pekat kehitaman kian bertandang picukan hujan
Gelegar guntur dan petir menjadi saksi rapuh mentari
Banjir kian melanda
Terang cahya enggan menyapa
Mentari lekaslah sirna
Terganti pelangi yang penuh pesona
Salam : Syair adalah Nyawa
Malaikat Maut Dalam Kemelut
Jurang kemunafikan di pelupuk mata
Hantarkan jiwa dalam mati di rasa
Sapa neraka kian menganga
Berikan salam pada kesucian jiwa
Malaikat maut, gegas menjemput
Berontak jiwa, lekas tercabut
Salam : Syair adalah Nyawa
Taman Seribu Bunga
Semerbak mewangi
di taman hati
Laksana musim semi
membasuh taman
dengan embun pagi
Bunga-bunga merekah
tersenyum megah
Sang kumbang dan kupu-kupu
berebut posisi dalama dimensi waktu
Taman hati surgawi
berpenghuni dewa-dewi
Berkecipak rasa
nuansa cinta
Salam : Syair adalah Nyawa
Redup Pesona Pelangi Jiwa
Nuansa pelangi di ufuk senja
Memudar samar selayak damar
Satu persatu kilau warna berlalu
Melenyap dalam dimensi waktu
Tatap megah kian berlalu
Berganti pesona damai malamku
Salam : Syair adalah Nyawa
Sebatas Senja
Sinar mentari berujung di pertengahan mimpi
Melebur merah ke jingga tua
Tenggelamkan asa musafir dunia
Sebatas senja sisi kelana
Terhenti petang, penepis tandang
Mentari hilang, melebur bayang
Salam : Syair adalah Nyawa
Pelangi Dalam
Mimpi
Tertidur sejenak
Lepaskan sesak
Tertawar pelangi
Kiasan mimpi
Alamak...
Jidat kebentur
Benjol menggembur
Darah pun bercucur
Ulasan pesona dalam mimpi
Di kepastian hari, kehampaan
diri
Salam : Syair adalah Nyawa
-SYAIR MOTIVASI-
Menatap Runtuhan Puing Kehancuran
Selayak masa telah rapuhkan puing bangunan di seberang jalan
Tatap terpanah, daya melemah, terpaku dalam sebuah kehancuran
Terhimpit pada pemikiran dangkal
Tak ada kesempurnaan dan kekokohan, untuk sebuah asa keabadian
Lantas!
Kebodohan menyusup, kelabui pemikiran
Melahap nurani ke dalam liang sumurup
-Jika kita merasa lemah dan artikan hidup adalah wujud dari sebuah kehampaan/kehancuran. Di situ kita tak akan temukan sejatinya kehidupan. Dan yang kita dapatkan hanyalah terperangkap dalam kubakan kebodohan-
Salam : Syair adalah Nyawa