Minggu, 23 Oktober 2011

Kumpulan Puisi Di Bulan September

Metamorfosa Imaji 


Liliput ilusi 

bercengkrama cumbui imaji


Luasan sketsa khayalan

terjelajah kelana impian


Budak angan-angan

menghiba muluskan asa


Lentera kian menyala

Suraman sketsa

kian memfakta


Salam : Syair adalah nyawa


SERPIHAN SESAL PENDOSA MALAM


Sepi selimut hati

Termenung terbelai

mencari bayang suci

tak jua nyatakan serpihan sepi


Hanya ada satu celah!

Sesal meraja

dibalik lorong fana


Darah kini menanah

Daging pun melebur tanah


Saat amanah tak jua tuai hikmah

kini pasrah dalam jiwa lemah


Salam : syair adalah nyawa


ROTASI DOSA


Pekat selimut nista

membungkus sosok pendosa

khalayak makhluk kelana

budak segala iba


Perahu duka

berlayar di lautan luka

temaram tergulung linangan tirta

mati terdampar di dermaga sang kuasa


Salam : syair adalah nyawa


KEPASTIAN DUKA


Lumpur kini membatu

di padang rindu

kemarau bernista haru


Rerumputan mengering akar

Dedaunan rapuh, lepas terbongkar


Aku...

Menantang segi koruptor waktu

memanggil ulang

jaksa duniaku.


Salam : syair adalah nyawa


PECUNDANG oh PECUNDANG


Pecundang dunia

memelas, mengiba tanpa jeda.


Di sangkar nestapa

ia berkoar

Akan ketidak adilan

sang pencipta


Batu kan ia puja

asalkan tahta rela menyapa

lumut kan ia pungut

asalkan itu syarat tumbalnya


Sungguh ironi umat manusia

Di atas derap dunia

ia panggilkan neraka


Salam : syair adalah nyawa


JEJAK SANG WAKTU


Biru laut

cerah di hati

bergemuruh asa

penghias sepi.


Udang pemalu

sembunyikan waktu

ikan sapusapu

mengibas udang

waktu berlalu


Layaknya hidup

alam menyapa waktu

lepaskan hasrat

gundah sang batu

semua menari

menghias sepi

tak peduli akan

derajat dan harga diri


Salam : syair adalah nyawa


SAJAK MOTIVASI


Jantung memompa

darah berkelana

arungi nadi insani

sirami jalanan nadi.


Nafas terhenti!

angin tersekat dimensi.

Darah berhenti

membeku cair padat di nadi.

Insani mati!

membujur kaku

terputus waktu.


Salam : syair adalah nyawa


AKHIR DARI TITIPAN AKHIR


Tanah nan tandus

menilapku hingga mampus

Ragaku terbungkus

pasiran halus di tepian kaktus


Cacingcacing mencerna daging tebalan kulitku

hingga tak tersisa yang tertinggal hanya rongga kerangkaku


Itu pun tak berangsur lama!

Gersangan padang pasir

merapuhkan, keras tulang belulangku


Salam : syair adalah nyawa


KEKOKOHAN YANG TERHAPUS


Ombak membajak

karang kian lunak.

Meretak karang

pecah tak layak.


Karang hancur!

bertabur tak lebur.


Kini!

Kekokohan karang hanya tinggal kenangan

sebuah kilasan dalam kehidupan.


Salam : syair adalah nyawa


KIAMAT CINTA


Laksana cinta tergores dusta.


Pertikaian...

Awal dari kehancuran.

Gunung meletus muntahkan larva pijarnya.

Langit pun ambruk, menghisap nafas kematian.

Tak ketinggalan pula, tsunami menenggelamkan dunia seribu nuansa.


Kiamat cinta melanda

akhirat jiwa menyuguhkan neraka lara.


Sesal tiada guna

kebodohan awal penyebab tragedi dan bencana.


Salam : syair adalah nyawa


SAJAK PENGGUGAH


Berserak sampah di bumi nan megah.

Menghitam langit, menjerit petir awan pun tumpah.


Banjir melanda...

Menyapu bersih sampah durhaka.

Membasmi serangga, penghisap nafas jiwa terlunta.


Kini tinggallah puingpuing sesal kelana

Salam : syair adalh nyawa


KOPI HITAM PENGGODA


Suguhan kopi hitam kehidupan

menyaji tanpa dimintai

menghidang tanpa di undang.



Tergoda!

Siapa yan tidak tergoda.


Aromanya...

Hangat liur hitamnya...


Pekat hitamnya kini menjelma nafsu penggoda

menarik pikiran sang insan

menghanyut dan mencumbuinya.


Salam : syair adalah nyawa


PISAU PENUMIS AKHLAK DAN NURANI


Akhlak...

Nurani...

Kini mereka di ambang misteri

Terperangkap mereka pada sebuah ikatan duniawi


Pisau sesat menyekat menghampiri...

Akhlak nurani pun lekas-lekas meloloskan diri


Terlambat...

Usaha mereka terlambat...

Sang pisau sesat menumis seraya keji


Salam : syair adalah nyawa


Lepas Keperawanan demi Kebaikan< Kertas Putih untuk Pena >



Selembar kertas putih

terpapar di meja kamar.

Berdampingan pena bertinta hitam

yang siap mencumbui

kertas putih
aura nikmat kesucian.



Liukan pena kian menari
tertatih jemari patriot suguhan nurani.



Suci ternoda

sang kertas putih pasrahkan
segala milik yang melekat di tubuhnya.



Tak ada perih

ataupun sakit
jerit merintih.



Senyum keikhlasan

relakan raga

untuk perantara

hasrat dan lantunan kidung jiwa

sang pengukir tinta.

Tubuh terjajah

sang kelana pena
pencitra buah karya.



Tawa lepas, bangga dan berwibawa

laksana pengorbanan

berujung tak siasia.

Penikmat karya merekah nurani

tergugah hati
kata '' PUAS '' merongrong dunia.


Salam : syair adalah nyawa



Pelacur Sajikan Kubur





Berjuta kaum hawa

bergerumbul iklankan paha

Tubuh molek

senyum merona

Sekali colek

halalkan haram jadinya



Di malam kian larut

bercerai kehangatan selimut

Rayu berkata

memikat raja buaya



'' Mas, gairahku tiada duanya... ''



Buaya rakus

bertopeng tikus

Salurkan hasrat

si raja bejat

Tampang ganas

menikmat buas

Di ujung cerita

penyakit berbisa

menarik nyawa

pelan menyiksa



Salam : syair adalah nyawa



 Musang Jalanan



Musang jalanan meniti kehidupan tanpa lelah, bergemuruh angan. Tapaki tetanah berbau kebusukan, hingga nafas tersumbat aroma keputusasaan.



Mangsa kian memenggal tatap runcingnya, menghapus segala sistem inderanya. Musang lemah bernafas terengah, nyawa pun tersisa setengah. Mangsa yang dicarinya mengumpat dalam liang tetanah yang menggoa pekat.



Panas terik dan hujan menjatuhkan rintik. Menyapa kesenjangan tatap musang berpeluh kematian. Semangat musang berkoar lantang. Bahwa ia mampu! Mampu dapatkan sepenggal nafas yang melekat deras pada sosok mangsanya. Tak pedulikan kaki mematah, mata merabun dan nyawa melepas lemah. Sang musang hanya mencari, mencari dan tiada henti menapaki tetanah tuk mencari, kedamaian tiada akhir dalam kehidupan kian menggetir.



Terlepas dari gugatan asa. Sang musang menggila brutalkan raga tak berdosa. Lonjakan keterpurukan, menerka hingga mematikan sarafsaraf nalar sang musang dan memporakporandakan kejatidirian yang sempat melekat pekat pada sosok musang jalanan.



Salam : syair adalah nyawa



Capung Pendosa, Nista Dunia



Si capung kegelapan

kepakkan dosa

tabungan neraka



Tubuh belang

si budak jalang

telanjang merayu lintang



Oh,

Mata memanah

hasrat berdarah

Bidikan tepat

Lintang terpikat



Salam : syair adalah nyawa



BUDAK

ALAM



rendah,

serendah telapak kaki

pada

hamparan tetanah

yang selalu

pasrah

laksana gemuruh derap

bertubi patahkan sayap



kecil,

Sekecil amoeba

yang tak nampak jeli

terlihat kasap mata

tapi mampu

ciptakan neraka

teruntuk khalayak

pendosa telak



laksana engkau ibarat pepatah

berserak sampah di hotel mewah

yang membuat

resah

para iblis serakah



padahal sejatinya

engkau adalah dewa

kecap yang kau ucap

adalah karma

mungkin pula engkau hanyalah

budak

pengabdi alam

sampah kehidupan



lagilagi buatku,

engkau itu sosok

panutan

guru di alam

pencerah kelabu

mendung di zaman



Salam : syair adalah nyawa



SEHELAI SERABUT IMAN



Dosa;

Tumbangkan akhlak

kokoh dan tegak.

Terkapar moral

nurani terinstal.



Iman;

Serabut iman

akar sisaan.

Niscahya kelak

sesal kenangan.



Salam : syair adalah nyawa                         



Amnesia Kehidupan



Amnesia karang di lautan.

Terjangan ombak

sang bayu dikata.

Dinginan laut

terik mentari ia murka.



Ah,

Ikanikan berhamburan

burung menyelam pikirnya.

Tubuh kokoh melantang

retak kulit, pecah akhirnya.



Salam : syair adalah nyawa                         



  Nafsu Pelumat Nafsu



Dunia,

Megah kawah sutera

indah paparan nuansa.

Nurani mulia

hakikat citra sang dewa.



Nafsu penikmat

agung olahan-Nya.

Terlumatkan nafsu

bidikan iblis pengganggu.



Nafsu suci

berdalih sang dewi.

Bercerai nurani

iblis menguasai.



Salam syair adalah nyawa.



Sapa Kegelapan



Taring meruncing

mencabik

menusuk daging

hingga ke tulang rusuk.



'' Bunuh! ''



Lantang teriak

iblis menggertak.



'' Matilah kau... ''



Desakan maut

merekrut

kaum pengikut

putih berkabut

sesat kian bergelut.



Salam syair adalah nyawa



Si Lemah

Durjana



jejak kelana si buta melaknat

meliuk sesat

tapak memahat



rintihan sang rumput

kian terabaikan

goresan maut

kian dilantangkan



entah apa...

apa yang ia ingini

mata tak ada

murka ia bawa

sesat papan hidupnya



salam : syair adalah nyawa



Terka Seniman, Runtuh Jabatan



Lekaslah runtuh

hey kau kabut kusam?

sahabat malam

gurindam kelam

kan ku goncangkan megah persinggahanmu

lewat kilatan kecap

guntur berkoar gagap

Usia bukanlah kendala gempar kritisku

laksana langit masih mengharapkan

sikap terjangku

meruntuhkan sampah di ranting cerahmu.



Salam : syair adalah nyawa



Noda Indahmu



Layaknya hitam dan putih

gejolak upaya berakhir letih

selalu begitu...


Tapi tidak untuk yang satu ini

putih dalam kehitaman

hakikat yang tak tertahankan

hasrat melumat

cerna, cetus di nikmat



salam : syair adalah nyawa



Sumpah

Untuk Negeri



Indonesia

negeri papan asa

Jayamu

selalu sulutkan cinta

Padamu

jiwa raga ini berbakti



Aku

adalah anakmu

Namamu

kan kuharumkan selalu

Semampuku

tatkala nafas masih menjadi

keluargaku



- tak akan aku melemah,

karena ini sumpahku untukmu -



ASA RAINKARNASI



Mengepul gumpalan kelam

membasuh dinding nan suci

menyesaksesak cahya mentari.


Terka sang guntur

gemuruh riak kian bergejolak

laksana kilat

memecah awan

tumpah di hujan.



Tidak!

Mentari berontak

kelam terkoyak

cahya menganga

meski tak sempurna.



Kebebasan nan tak abadi

biarpun sedini senja

menunggu kematian malam tiba.



Tapi tak apalah...

Laksana dunia

kian berotasi

rainkarnasi asa

berporos tragedi.



Jakarta, 07'08'11

Tragedi Karam Perahu Cinta

Melampau jauh dua sejoli arungi samudera mimpi.
Berperahu cinta rakitan suka rasa.
Berdayung kelembutan, menyibak ombak selayak katak.

Muara cinta kian menyapa.
Tersambut damai sang perahu dan tuannya.

Mahligai perahu cinta terhambat lantang kekar karang.
Merembas bocor, patah tersisa ekor.
Karam perahu matikan tuannya
berkabung duka di pemakaman samudera.

Salam : Syair adalah Nyawa                           

 Bayang Abadi

Sang petualang imaji
Berperang lantang melawan tragedi

Keringat kian bercucuran
Darah pun tercecer berserakan

Nafas nan kian melemah
Menghambat laku, pencarian sosok terindah

Tak gentar!
Sang petualang merekah pijar
Menampar para penggempar

Menang!
Sang petualang bersorak tandang
Sosok terindah nan dicarinya balik menghidang

Salam : Syair adalah Nyawa                      

 Bingkisan Kematian

Berdiri kokoh selayak sang khalayak tokoh
Meraung mandatkan para petarung

 Membasmi,
Meniadakan separuh nafas hidup ini
Mengecam sosoksosok pendiam

Awan kelam ia hadirkan
Riakan malam ia turunkan

Sepaket bingkisan maut dalam genggaman
Merenggut seraya kabut, terka kematian

Salam : Syair adalah Nyawa                     

 Pengemis Masa Depan

Telah lahir si belia dari rahim perempuan tunawisma.
Teriak gagah, mata tajam selayak runcingan besi logam.

 Tubuh berlumur darah..
Pusar panjang melemah..

Senyum semringai layaknya petikan dawai.
Tak sadar akan hujaman penderitaan di masa depan.

Salam : Syair adalah Nyawa                     

 Kegelapan

Nafasnafas cinta kian terenggut paksa
Tercekal kehampaan, sesak asma apa neraka

 Kejang!
Menghentak bayang agar lekas tandang
Raihkan pelita surga, tuk melenyapkan terka nan menghidang

Kegelapanlah telak pemenang
Kelabui terang merabun petang

Salam : Syair adalah Nyawa                  

Tercumbu Lakon Waktu

Wajah sendu kaum ibu
Menatap langit, nan penuh debu

 Harapannya kian memudar
Langit nan cerah kian berpendar

Ulasan air mata, terkikis masa
Terperdaya akan janji dan dusta

Siapa nan salah?
Tak ada nan mampu tuk menjawabnya
Tipu daya adalah pecumbu sejati fikiran nalarnya

Salam : Syair adalah Nyawa                   

 Layang-Layang Dalam Bayang

Membumbung tinggi di rangkaian khatulistiwa ilusi
Bentangkan saya, mengejek cicakcicak nan merayap dalam harap

 Rekah senyum kian terpancarkan
Damaikan bayangbayang nan terpampang

Salam : Syair adalah Nyawa                  

 Layang-Layang Asmara

Benang kian terbentang
Mengail layang-layang nan terpegang
Merakit, melilit selayak terjahit
Satukan perbedaan, menjadi keistimewaan

Layang-layang kian melayang
Melambung tinggi bersama benang
Ikatan kasih nan tak tertepiskan
Arungi cakrawala dalam kebersamaan

Salam : Syair adalah Nyawa                     

 Budak Jahanam

Kelam,
Iblis sambut kegelapan
Gulita menghanyut bisikan

Kesucian tak ubah selayak harapan
Liang sesat kian cumbui akal pemikiran

Topeng maksiat cabuli sisi pemikat
Pemersatu hasrat, penguasa alam sesat di liang lahat

Salam : Syair adalah Nyawa                   

Mentari Tanpa Pijar

Sulut bara kian meredam
Partikol pijar kian terpendam

Gelap!
Nuansa kelam berhiaskan malam
Dikala siang, gerhana sapakan salam

Salam : Syair adalah Nyawa                       

Semut Rayap, Keropos Negeri

Ukiran pena : A Baim JlnKeabadian

Jejeg kokoh belantara negeri
 Rapuh keropos
tergerogoti semut rayap insani

Liang kian ia gali
Tubuh nan rentan perlahan mati suri

Entah sampai kapan!
Ataukah sampai kematian mutlak dalam keabadian?

Semut rayap bertahta, tak pedulikan masa depan bangsa
Hujaman kepalsuan, setubuhi para penjajah istana

Salam : Syair adalah Nyawa                  

 Kidung Lara, Muara Rawa

Kecoa-kecoa hilir-mudik berkelana
mencari secerca asa
pada genangan air muara kuasa buaya

Katak-katak berjingkrak
seraya ejek sorak
terpingkal bahak
pada kecoa bernafas sesak

Kecoa kelana kian melemah daya
sebatangkara berkawan lara
terasingkan dalam hunian penguasa

Salam : Syair adalah Nyawa.               

 Kuntum Melayu, Berguguran Di
Taman

Wahai kuntum bunga nan
berguguran di musim semi
 Lukamu merebah, laksana kau
melepas wewangi jati diri
Rapuhmu simbolkan taraf
keganjalan
Kau melepas berserakan,
selayak sampah di pelataran

Apa yang kau rasa?
Entahlah... Tamanmu hanya
terdiam dalam kebisuan yang
kau ciptakan
Daunmu hanya melayu,
berlumurkan kekecewaan

Salam : Syair adalah Nyawa                     

 Sketsa Cinta,
Terhapus Rindu

Padamu cinta, aku memuja.
Kuhempas separuh nafas,
untuk kau hela.

Di mana?
Jejak langkahmu, terhapus
senja.
Nafasku berkelana, letih
terbata.

Rindu di dada, kian mendera.
Matikan asa, gejolak di jiwa.

Salam : Syair adalah Nyawa                

Raungan Kesunyian

Aku berdiri dalam kisah sepi
Hanya raungan jiwa yang kian berkelana
Mencari nafas cinta sejati

Sesak,
Nafas ini semakin sesak
Manakala pencarianku, tersesat dalam semak-semak

Di mana kamu?!
Jerit nurani menghentak dinding hati
Menggempar sistem saraf yang tidak wajar

Salam : Syair adalah Nyawa

-SYAIR MOTIVASI-

Melantang Terjang Batu Karang

Kala sang pelaut terpapas maut
... Melintang karang terjal menghadang

Kapal kokoh tuk perang
Berparuh garang, melantang menang

Patah paruh, kapal tak keluh
Selayak ambisi, telah terjajaki

- Saat cobaan menghadang. Hadapilah semua dengan ketegaran. Yakinkan diri kalau kitalah sang pemenang, walaupun kekalahan nantinya yang kan kita sandang -

Salam : Syair adalah Nyawa

- SYAIR MOTIVASI-

Jejak Mentari Tepiskan Malam

Pijar terang kian berpulang
Di garasi senja, mentari tidur memanja

... Gulita malam kian menyapa
Larutkan fakta ke alam maya

Selayak keabadian hanya impian semata
Rainkarnasi masa, pacukan rotasi dunia

Mentari kan terjang ulasan maya
Lepaskan jerat, kembali membuka fatamorgana

- Hidup adalah tingkatan. Walaupun impian tak mungkin tertuju pada keabadian( karena dunia tak ada yang abadi. ) Tapi lantang arungi cita adalah kunci sempurna hidup di dunia.-

Salam : Syair adalah Nyawa

-MOTIVASI SYAIR-

Ombak membajak
karang pemancang tegak
Lemah memecah tak retak
terangkut masa
luluh membudak.

-Meskipun iman terlalu lemah di hati kita, jangan biarkan kita menyerah seperti '' Ombak '' pada sajak. Jalan hidup kita yang tentukan, sedangkan kita dikaruniai otak untuk bisa bijak, tak seperti ombak yang memang sudah mendapat kutukan '' Berlari tanpa jejak ''-             

 - MOTIVASI SYAIR-

rintik hujan gerimis
dikala senja tatap lansia
gumintang malam kian bertandang
abadikan memori fajar dan siang.

- Dalam metamorfosa kehidupan, terkadang ujung kematian sapa kan penyesalan. Guyuran tangis akan tragedi mistis berlapis. Pasalnya, tahap dalam sebuah proses merangkum sebuah kenangan yang sudah terabadikan.-

Salam : syair adalah nyawa                            

 -Motivasi Syair-

Langit tak akan runtuh saat
sang awan mengepul keruh.
Pancangan kokoh seribu tokoh
 mendukung menyemarak,
bersorak bahak.

-Jangan takut berjalan di jalan
kebenaran,karena jiwa-jiwa
yang suci akan menyemangati
kita lewat doa dan doa,
berharap segala rintang
mampu kita tendang
nantinya-

salam syair adalah nyawa                            

 - Motivasi Syair-

Ibarat raga dan roh penghuni
setia, samahalnyadengan syair
dan nurani yang tak akan
 terpisahkanoleh gejolak
apapun selain kematian kelak.

Saat kita bersyair, jangan takut
pabila keindahan kata tak
mampu tereja sempurna,
melainkan takutilah saat diksi
tak lagi menjadi patokan
utama syair kita.

Syair yang baik adalah syair
yang mempunyai keselarasan
antara makna filosofi, bahasa
metafora dan kekuatan diksi
syair itu sendiri.

Salam : syair adalah nyawa                

 - Motivasi Syair-

Manis madu, murni alami tanpa gula
Selayak laut kan tetap indah meski tanpa taburan kapal.
Dan... Itulah kehidupan '' Kesucian kan mengentaskan kita pada kemuliaan. ''

Ibarat kebaikan dalam sikap perwatakan,

'' Orang baik kan tetap kokoh meski tanpa pendukung, karena sejatinya kelak? Kebaikan itu sendiri lah yang nantinya akan membela kita dalam desak masa. ''                 -Motivasi Syair-

Membuncah kelakar lahar
membumbung tinggi kiprah sang kelelawar.

Murka...
Taring mautnya berkelana di medan masa
menghisap aura kehidupan
hingga melumatnya tanpa pengampunan.

-Tak akan kita lepas dari dakwa dan hukuman, laksana keadian pasti kan menakhlukan segala apa yang sudah menjadi tuntutan.-

Salam : syair adalah nyawa.

SUBGESTI

Bumi membola api
Laksana mentapi kian menghampiri
Bara pun menganga
di tubuh jenaka
tak ia rasa
walau secerca

Lantang teriak, BISA!
Matikan fakta
penghangus remuk
api di tubuhnya

MERDEKA!
Kemenangan didapatnya
laksana bumi
kokoh berdiri
walau selimut api
mendekap, menyetubuhi

Salam : Syair adalah Nyawa

Tersayat Misteri

Angin malam kian menyambut
Bulan-bintang pun bersapa sahut

Aku?
Insan lemah terkubur batu
Menatap langit pun berdaya lesu

Jejak kegelapan kian menghantuiku
Lantunan senandung ajal pun berdendang seru

Nafas nan semakin terengah
Kutukan waktu kian berjelagah

Entah!
Aku kian melemah
Bayang ajal pun bertengadah

Antara dua dunia
Dakwa sang waktu kian memfakta

Inikah akhir dari kelana?
Anak manusia nan berlumur terka
Nyayian duka penutup gulita

A-B-A-I-M-J-L-N-K-E-A-B-A-D-I-A-N

Salam : Syair adalah Nyawa


Sesak Terinjak Badak

Letih kaki nan sepohyongan
Beralur membujur
keringa bercucur

Raga tersisa pasrah
Tatkala badak
menginjak sisi lemah

Sesak..
Si badak tak jua beranjak
Menginjak..
Raga nan pasrah
tak ubah selayak budak

Dalam sisi tertindas
melemah bias
Nurani jiwa
panjatkan do'a

Salam : Syair adalah Nyawa

Damai Bersama-Mu

Jejak di bumi pasti kan terhenti
selayah cahya mentari yang tak akan abadi

 Seulas kisah
peniti amanah
catatan noktah
rekaan tanah

Saat hayati bumi terpatri
Hanya damai-Mu bersambut pasti

Salam : Syair adalah Nyawa


-SAJAK HITAM-

Tragedi Lintas Malam

Nampak pekat usai temaram
 Lelaki tua cabuli gulita malam

Ringik tangis dalam kesunyian
Si bocah lugu merintih kesakitan

Jerit
Tangis
Pudarkan lintas malam

Lelaki tua, puas lepaskan hasrat
Tragedi malam di ujung maksiat

Salam : Syair adalah Nyawa

Pengantin Iblis Ciptakan Roh Mistis

Terkubur dalam kemewahan
Matikan rasa, nurani dan yang ada hanya iblis penguasa raga pengantin nyawa
Jati diri kian terhapuskan
 Dan yang tersisa hanyalah partikel-partikel nafsu untuk jadi penguasa waktu

'' Dunia adalah surgaku! ''

Ungkapnya melantang, seakan damai akan kekal menyertainya.
Keabadian kelak akan mematikan setiap kelenjar yang ada di tubuhnya tanpa sisa
Iblis yang ia damba dan ia puja
akan mencerakannya dalam siksa api neraka

Salam : Syair adalah Nyawa                        

 Setangkai Cinta Di Ranting Pujangga

Kuncup bunga cinta
kian jembarkan mahkota
di tamah hati
 berputik ilhami
Semerbak harum
bebunga cinta
di ranting pujangga
tawarkan sejuta pesona

Dari kejauhan..
kupu-kupu terpesona
tatap terpanah
untuk menciumi tangkai sarinya

Aku tak kuasa..
tatkala cinta
terjamah
mesra
Kupu-kupu
ciumi inti rasa
membuat tangkai hati
lemah tak berdaya

Salam : Syair adalah Nyawa

Pelangi Dalam
Mimpi

Terlukis indah di sanubari
Paparan megah sang pemikat
hati

Wahai kelam dan rintik hujan
penyaji mimpi
Redalah kau dan jemputlah
pelangi hati ini

Berilah daku warna cerah tuk
arungi mimpi
Sebelum akhirnya terbangun
dari mati suri

Salam : Syair adalah Nyawa                   

 Pelangi Jiwa

Terlukis indah
nuansa pelangi
di palung jiwa
Berdamping sang peri
menar-nari
sempurnakan kanvas
jembaran hati

Megah..
Indah..

Tak akan terhapuskan fana
Lukisan cinta
penutup masa

Salam : Syair adalah nyawa                     

-SYAIR MOTIVASI-

Nafas Kehidupan

Mengalun hiasi hampa kehidupan
Telusuri rongga waktu
Seberangi dimensi laku

Tak ada batasan
Semua sesuai kehendak dan keinginan
Mutlak tanpa paksaan

-dalam kehidupan, kitalah tokoh/pemeran sejatinya dalam rancangan drama yang digarisbawahi TUHAN. Kita yang menentukan arah kemana laku drama akan kita bawa. Karena kita adalah sutradaranya dan TUHAN hanyalan perancang naskah critanya saja-

Salam : Syair adalah Nyawa                           

 Puing Sesal

Melambung jauh, harap ke
langit tujuh
Mendamba
Mengidola
Imajinasi yang berpeluh misteri

Hasrat yang semakin menjadi
Mengelabui fikiran, simpang
sejati
Nafsu dijunjung tinggi
Waktu diperbaharui, seakan itu
adalah abadi

Semakin meninggi,semakin
tergoyahkan buruk di mimpi
Puing sesal kian menggeluti
Dikala terjatuh dan hampir
mati

Salam : Syair adalah Nyawa                        

Sisir Tragedi

Runtuh terkoyak, badai membajak
Himpunan tragedi, bersalam diri

Tiang pun goyah..
Pancang membongkah..

Tersisir badai, kaum lemah terbengkalai
Lepas dan pasrah, berpeluh resah

Pada himpitan waktu
Tragedi belenggu kian berlalu

Salam : Syair adalah Nyawa

Tersapa Malam

Gelap,
Gulita kelam tersambut malam
Bumi yang rentan, istirahatkan
kurcaci-kurcaci kehidupan

Entah sampai kapan..
Kegelapan menghidang kelam
Sementara nafas kehidupan,
semakin menyesakkan

Salam : Syair adalah Nyawa


Redup Pesona Pelangi Jiwa

Nuansa pelangi di ufuk senja
 Memudar samar selayak damar

Satu persatu kilau warna berlalu
Melenyap dalam dimensi waktu

Tatap megah kian berlalu
Berganti pesona damai malamku

Salam : Syair adalah Nyawa

Menunggu Sepercik Tiupan
Kasih-Nya

Kering kerontang jiwa yang
kian gersang
 Pelataran nurani kian terjajah
ambisi
Memerdekakan diri bersama
sang mentari di siang hari

Durja kian merajalela,
hanguskan taman cinta yang
ada
Entah sampai kapan kemarau
panjang melanda, ciptakan
angkara di padang jiwa

Sampai kehancuran di titik
nista paling tragiskah?
Ataukah sampai tiupan kasih-
Nya menyapa, bersama hujan
dan guntur pengecam dosa?

Salam : Syair adalah Nyawa

Pelangi Pengganti Mentari

Selayak rapuh sang mentari
Meredup semu, terhalau kelabu
Pekat kehitaman kian bertandang picukan hujan
Gelegar guntur dan petir menjadi saksi rapuh mentari

Banjir kian melanda
Terang cahya enggan menyapa
Mentari lekaslah sirna
Terganti pelangi yang penuh pesona

Salam : Syair adalah Nyawa

Malaikat Maut Dalam Kemelut

Jurang kemunafikan di pelupuk mata
Hantarkan jiwa dalam mati di rasa

Sapa neraka kian menganga
Berikan salam pada kesucian jiwa

Malaikat maut, gegas menjemput
Berontak jiwa, lekas tercabut

Salam : Syair adalah Nyawa

Taman Seribu Bunga

Semerbak mewangi
di taman hati
Laksana musim semi
 membasuh taman
dengan embun pagi

Bunga-bunga merekah
tersenyum megah
Sang kumbang dan kupu-kupu
berebut posisi dalama dimensi waktu

Taman hati surgawi
berpenghuni dewa-dewi
Berkecipak rasa
nuansa cinta

Salam : Syair adalah Nyawa


Redup Pesona Pelangi Jiwa

Nuansa pelangi di ufuk senja
Memudar samar selayak damar

Satu persatu kilau warna berlalu
Melenyap dalam dimensi waktu

Tatap megah kian berlalu
Berganti pesona damai malamku

Salam : Syair adalah Nyawa

Sebatas Senja

Sinar mentari berujung di pertengahan mimpi
Melebur merah ke jingga tua
Tenggelamkan asa musafir dunia

Sebatas senja sisi kelana
Terhenti petang, penepis tandang
Mentari hilang, melebur bayang

Salam : Syair adalah Nyawa

Pelangi Dalam
Mimpi

Tertidur sejenak
Lepaskan sesak
Tertawar pelangi
Kiasan mimpi

Alamak...
Jidat kebentur
Benjol menggembur
Darah pun bercucur

Ulasan pesona dalam mimpi
Di kepastian hari, kehampaan
diri

Salam : Syair adalah Nyawa

-SYAIR MOTIVASI-

Menatap Runtuhan Puing Kehancuran

Selayak masa telah rapuhkan puing bangunan di seberang jalan
Tatap terpanah, daya melemah, terpaku dalam sebuah kehancuran

Terhimpit pada pemikiran dangkal
Tak ada kesempurnaan dan kekokohan, untuk sebuah asa keabadian

Lantas!
Kebodohan menyusup, kelabui pemikiran
Melahap nurani ke dalam liang sumurup

-Jika kita merasa lemah dan artikan hidup adalah wujud dari sebuah kehampaan/kehancuran. Di situ kita tak akan temukan sejatinya kehidupan. Dan yang kita dapatkan hanyalah terperangkap dalam kubakan kebodohan-

Salam : Syair adalah Nyawa

Minggu, 25 September 2011

Bayang Ilusi Peri

Tertahan pandang
pada sisi keajaiban
Sebuah fakta hidup
antara ada dan tiada

Rona senyumnya
paparkan sejuta nuansa harapan
Kepak sayapnya
menari mesra di telaga cinta

Kau ada dan tiada
peri dunia penyambut dansa
Kau pemilik nafas cinta
sejolisejoli penawar luka

Salam : syair adalah nyawa                              
  Ketentuan Sang Waktu

Tercatat berlipat
pada suatu tempat
tapi tak sealamat.
Dini kian menua
tercatat dari pagi
siang tertepis senja
hingga malam menduduki tahta.

Tak terelakkan lagi...
Sebuah perlintasan masa bercabang dua
memfasilitasi nikmat dan hujaman pakat
sebelum kelak tertampung di kubakan penyelamat.

Salam syair adalah nyawa                       

Terka Seniman, Runtuh Jabatan

Lekaslah runtuh
hey? kau kabut kusam
sahabat malam
... gurindam kelam
kan ku goncangkan megah persinggahanmu
lewat kilatan kecap
guntur berkoar gagap
Usia bukanlah kendala gempar kritisku
laksana langit masih mengharapkan
sikap terjangku
meruntuhkan sampah di ranting cerahmu.

Salam : syair adalah nyawa                          

Noda Indahmu

Layaknya hitam dan putih
gejolak upaya berakhir letih
selalu begitu...




Tapi tidak untuk yang satu ini
putih dalam kehitaman
hakikat yang tak tertahankan
hasrat melumat
cerna, cetus di nikmat

salam : syair adalah nyawa                        

  Si Lemah
Durjana

jejak kelana si buta melaknat
meliuk sesat
tapak memahat

rintihan sang rumput
kian terabaikan
goresan maut
kian dilantangkan

entah apa...
apa yang ia ingini
mata tak ada
murka ia bawa
sesat papan hidupnya

salam : syair adalah nyawa              

  Sapa Kegelapan

Taring meruncing
mencabik
menusuk daging
hingga ke tulang rusuk.

'' Bunuh! ''

Lantang teriak
iblis menggertak.

'' Matilah kau... ''

Desakan maut
merekrut
kaum pengikut
putih berkabut
sesat kian bergelut.

Salam syair adalah nyawa

Sabtu, 24 September 2011

Tragedi Karam Perahu Cinta

Melampau jauh dua sejoli arungi samudera mimpi.
Berperahu cinta rakitan suka rasa.
Berdayung kelembutan, menyibak ombak selayak katak.

Muara cinta kian menyapa.
Tersambut damai sang perahu dan tuannya.

Mahligai perahu cinta terhambat lantang kekar karang.
Merembas bocor, patah tersisa ekor.
Karam perahu matikan tuannya
berkabung duka di pemakaman samudera.

Salam : Syair adalah Nyawa

Kamis, 22 September 2011

Puisi Inspiratif

Capung Pendosa, Nista Dunia

Si capung kegelapan
kepakkan dosa
tabungan neraka
Bertubuh belang
si budak jalang
telanjang merayu lintang

Oh,
Mata memanah
hasrat berdarah
kekang iman kian melemah
Bidikan membusur tepat
hingga lintang pun luluh terpikat

Salam : syair adalah nyawa


KIASAN TRAGEDI

Belerang menerka si tua renta.
Di kaki gunung lahar melahapnya.

Entahlah...
Hangus dan gosong
berarang rupanya.
Maut menjemput
kini piagam almarhum disandangnya.

Salam : syair adalah nyawa

-Rainkarnasi Kandungan Pagi-

Bersambut cerah
sang fajar tersenyum megah.
Melahap kelam
kebumikan pelita malam.

Pagi...
Rona duniawi
bersemi awali tragedi.
Sepintas karya jejak insani
hingga tertimbun kematian senja nanti.
Salam syair adalah nyawa.


Haruskah Islam Dibela?

Kekecewaan kian berlarut
Sebab kiamat kian menyambut
Sucinya Islam kini telah
ternodai
Oleh tangantangan para
pendosa yang katanya pembela

Setahuku...
Islam tak butuh pembela
Sebab sejatinya, Islam adalah
pelindung umatNya

Simbol Islam itu TEGAS, bukan
KERAS
Karena Islam itu PENYELARAS
DAMAI DUNIA, bukan TERORIS
DUNIA

Harusnya mereka sadar!
Belalah diri mereka sendiri
Sebelum mereka menyesal di
akhirat nanti

Aku memang bukan insan yang
suci
Tapi aku benci dengan umat
yang menjatuhkan nama
Agama dan Tuhannya sendiri

Salam syair adalah nyawa

Rabu, 10 Agustus 2011

Hujaman Bertubi, Rapuh si Renta Duniawi


Ketika mentari sapakan maut
lewat tatap runcingnya ia menjemput.
Mengupas lapisan ari
tusuki daging
bertubitubi.

Bagaimana tidak?
Raga kokoh berdiri tegak.
Di padang gersang
gurun pembajak.
Tak sehelai benang pun
mengikat tubuh
lemas meraja, daya kian melusuh.

Salam : syair adalah nyawa

Selasa, 09 Agustus 2011

Sapa Maut Iblis Jalanan

Wahai kau kaum tertinggikan.
Tak akan tenang hidupmu dengan harta kepalsuan.
Apa yang kau miliki, itu adalah hak kami yang hakiki.

Kami iblis jalanan tak akan tinggal diam.
Menghantui dan membuatmu mati, buat kami tak akan haram.

Kecamkan itu...
Kecamkan hai kau musuh kaum terpinggirkan.
Cepat atau lambat, kematian akan faktakan peradilan.

Salam : syair adalah nyawa